News Update :
Selamat Datang Di Pesona Rejang Lebong Online. Portal Informasi Rejang Lebong Terlengkap. Media Tepat Untuk Promosi Produk Anda. Untuk Pasang Iklan Hubungi• 085268782988

Sabtu, 07 Januari 2012

Mengunjungi Cagar Budaya Batu Panco Yang TerLupakan



KALAU sebelumnya kita sering mengajak pesonaizer untuk menjambangi berbagai keindahan wisata alam yang berada di Kabupaten Rejang Lebong, namun kali ini Tim akan mencoba mengajak pembaca untuk menyelusuri berbagai wisata sejarah budaya yang masih berada di Bumi Pat Petulai Rejang Lebong.

Berbicara soal wisaja sejarah ataupun peninggalan-peninggalan masyarakat suku Rejang pada zaman dahulu sepertinya masih banyak yang bisa ditemui ditengah-tengah masyarakat RL, hanya saja dengan perkembangan zaman, keberadaan cagar sejarah budaya Rejang tersebut seperti terlupakan dan kurang diperhatikan oleh masyarakat sekitar, seperti salah satunya cagar budaya Batu panco yang berada di desa Batu Panco Kecamatan Curup utara yang keadaannya cukup memprihatinkan, meski kurang terawat namun nilai-nilai sejarah atas Batu Panco tersebut masih tetap tertanam erat pada masyarakat desa sekitar.

Dari penyelusuran kami, keberadaan batu panco yang berjarak sekitar 3 kilometer dari pusat Kota Curup. Batu berbentuk seperti meja tersebut terletak ditengah-tengah tempat pemakaman umum Desa Batu Panco. Mirisnya, tulisan Cagar Budaya Batu Panco kondisinya dipenuhi rumput, meski diberi atap seng, ketika coba dilihat didalam kondisi cagar budaya tersebut malah lebih memprehatinkan yaitu kotor dan keadaan bangunan sangat perlu direnopasi.

Pada awalnya, batu panco tersebut diyakini sebagai tempat Berpanco pada Dewa-dewa yang dipercaya oleh masyarakat sebelumya. Hal tersebut ditandai dengan adanya empat lengan tangan manusia yang sedang berpanco. Lantaran kurang perawatan, cagar budaya tersebut bagian-bagian tangan yang dulu ada sudah retak dan tidak terlihat lagi.Oleh tua-tua, asal para dewa yang kerap beradu panco ditempat tersebut berasal dari Gunung Bungkuk, dengan nama Sebie Teret, Sebie Semang, Sebie Titis dan Sebise Semulen, yang mengajarkan hal-hal yang baik kepada masyarakat.

Namun sumber lain yang kami peroleh dari Kepala Desa Batu Panco Hanafi Rudi menuturkan, ada beberapa versi cerita soal cagar budaya tersebut. Versi pertama yang diketahuinya, pada zaman dahulu ada seorang raja dari daerah Gading (Bengkulu Utara) bermaksut hendak mengajak perang seorang raja di daerah Teukem (Lebong).

Mereka melewati Desa Batu Panco. Disana mereka bertemu dengan pendekar dari Batu Panco yang bernama Gajah Merik yang meminta raja dari Gading tersebut mampir untuk mengutarakan maksut perjalanannya. Setelah tau tujuan raja tersebut, Gajah Merik menunjukkan kesaktiannya yang tidak kebal dengan senjata apapun, bahkan ketika punggug Gajah Merik gatal, Ia meminta cucunya Gajah Meniti untuk menggaruk punggungnya dengan senjata pusaka dan tidak mempan.

Gajah Merik juga meminta untuk menguji kesaktian raja dari daerah Gading tersebut dengan berpanco. Darah bercucuran ditangan sang raja saat menyentuh tangan Gajah Merik, hingga sang raja menggagalkan niat berperang sang raja tersebut.

Versi lain menyebutkan, Batu Panco merupakan tempat bermusyawarah masyatakat pada waktu itu, dimana Bermaco dalam bahasa Rejang berarti bermusyawarah masyarakat yang berasal dari Perbo, Lubuk Kembang, Dusun Sawah di Desa Batu Panco tersebut. "Dulu tidak ada meja dan gedung mewah seperti sekarang untuk bermusyawrah, maka digunakanlah batu tersebut," tutur Hanafi.

Sehingga muncul pepatah rejang "Perbo ngulu bailang, Lubuk alai monok tun, Dusun Sawah minai Bemaco, mutur pekaro nak batu." Sehingga semua masalah diselesaikan di batu berbentuk meja tersebut untuk dimusyawarahkan agar tidak terjadi pertumpahan darah yang merugikan masyatakat.

Ditambahkan Kades Batu Panco, meski keadaan batu panco kurang terawat, namun nilai sejarah seperti "bemaco" bermusyawarah tetap dijalankan oleh masyarakat batu panco dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi dimasyaraat tersebut.

"Sebetulnya kami punya cita-cita untuk merenopasi bangunan cagar budaya batu panco itu, namun uang kami tidak cukup, uang kami sekarang hanya 2,5 juta, sementara untuk membangun kambeli pondok pada batu panco itu memerlukan uang sekitar 10 juta," katanya (Sanca)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Pesona Bumi Pat Petulai Rejang Lebong 2010 -2011 Pesona Bumi 4 Petulai |Tlp 6285268782988 |Design By M latif.